Kita mungkin sering mendengar ini, Trolley Problem. Suatu kasus hipotesis yang menjelaskan mempertanyakan siapa yang harus dikorbankan.
Ilustrasi Trolley Problem : Sumber Gambar (Wikipedia) |
Suatu kereta sedang bergerak dan sedang menuju pada dua buah persimpangan. Terdapat lima orang pada jalur pertama dan terdapat hanya satu orang pada jalur kedua. Kita berdiri pada samping rel, terkurung di tempat itu bersama dengan sebuah tuas yang dapat mengubah jalur kereta. Khusus untuk kasus ini, kita tidak diizinkan untuk melakukan apapun selain mengganti Kita diberikan pilihan. Siapakah yang harus diselamatkan?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, mari kita kenal dengan suatu pandangan filsafat bernama Utilitarianisme. Pandangan tersebut merupakan salah satu cabang dari konsekuensialisme serta memiliki makna bahwa suatu pilihan yang tepat adalah pilihan yang memberikan akumulasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan. Kepuasan tersebut ditentukan dari seberapa banyaknya orang serta tingkat kepuasannya.
Namun apa yang dimaksud dengan kepuasan ?
Terdapat beberapa perkembangan pada definisi ini dalam sudut pandang utilitarianisme. Sejarah mengatakan, pada tahun empat ratus sebelum masehi terdapat seorang filusuf bernama Aristippos yang memiliki pandangan hampir serupa dengan Utilitarian. Ia mengatakan bahwa.
"The art of life lies in taking pleasures as they pass, and the keenest pleasures are not intellectual, nor are they always moral." ~ Aristippus
Secara singkat pandanganya mengatakan bahwa dalam kehidupan kepuasan adalah hal yang penting dan kepuasan yang paling besar tidak selalu berhubungan dengan intelektual maupun moral. Arstippos memiliki pandangan yang cenderung hedonistik mengenai ini, sehingga hal tersebut membedakannya dengan Utilitarianisme.
Perbedaan paling mendasar dalam utilitarinisme dan hedonisme terdapat pada substansi yang menjadi acuan kepuasan terseubut. Pada tahun abad ke-18, Jeremy Bentham (1748–1832) memberikan penjelasan lebih mendetail mengenai hal ini. Menurutnya manusia akan selalu mengalami rasa sakit (pain) dan kebahagiaan. Untuk menghindari rasa sakit, manusia mengejar kebahagiaan. Suatu tindakan akan dikatakan "benar" atau sesuai apabila tindakan tersebut akan mendatangkan kebahagiaan dengan akumulasi paling besar (overall happiness). Melalui pandangan Bentham, utilitarianisme mendapatkan perluasan. Utilitarianisme dijelaskan kembali melalui dua unsur utama bagi utilitarianisme yaitu nilai (value) dan theory of right action (kegiatan untuk memaksimalkan value). Pemenuhan kedua unsur ini merupakan hal ideal yang harus dipenuhi bagi seorang utilitarian.
It is the greatest good to the greatest number of people which is the measure of right and wrong. - Jeremny Bentham
Berdasarkan hal ini, seorang utilitarian akan membuat pilihan yang dapat memberi keuntungan bagi banyak orang atau kebahagiaan terbesar bagi banyak orang.
Apabila kita melihat pada kasus diatas (Trolley problem) tentunya seorang utilitarian akan memilih untuk menyelamatkan lima orang pada rel kereta tersebut dan mengorbankan satu orang. Karena tingkat "kebahagiaan" akan lebih besar daripada menyelamatkan satu orang. Pada kasus ini, utilitarianisme terkesan sebagai pandangan moral yang benar.
Mari kita uji kembali dengan suatu skenario hipotesis dengan menggunakan cerita pahlawan. Misalkan Thanos hidup dan menyerang bumi kembali, Kamu adalah seorang Avengers. Hanya kamu dan Thanos saja yang dapat menggunakan infinity stone. Thanos dapat menggunakannya tanpa harus membunuhnya dan kamu, secara ajaib, dapat menggunakan batu itu tanpa harus membunuh diri kamu sendiri, tetapi sebagai gantinya kamu harus menghilangkan nyawa seorang warga sipil dengan tanganmu sendiri. Dengan demikian kamu dapat menghabisi Thanos dan antek-anteknya.
Infinity Gauntlet : Sumber Pixabay |
Dengan menggunakan analisis utilitarianisme kita tentunya akan memilih menghilangkan nyawa seorang warga sipil tersebut untuk dapat menyelamatkan banyak orang. Perbedaan pada contoh kasus pertama (trolley) adalah pada kasus ini kita harus mengorbankan nyawa orang yang tidak bersalah, menggunakan tangan kita sendiri. Tidak ada tuas, tetapi melalui tindakan kita secara sadar. Namun dengan analisa ini, pandangan Utilitarian menjadi suatu hal yang tidak terkesan bermoral.
Mari kita uji kembali,
Sumber Freepik |
“Aristippos.” Wikipedia, Wikimedia Foundation, 29 Jan. 2021
Driver, Julia. “The History of Utilitarianism.” Stanford Encyclopedia of Philosophy, Stanford University, 22 Sept.2014,
“Utilitarianism.” Encyclopædia Britannica, Encyclopædia Britannica, Inc., 2 Mar. 2021,
Kanal Youtube :
PHILOSOPHY - Ethics: Utilitarianism, Part 2 [HD] - YouTube
(6) Utilitarianism: Crash Course Philosophy #36 - YouTube
0 Comments